Presiden Taiwan Dan Wakil Presiden Taiwan

Redaksi69 – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Wakil Presiden William Lai masing-masing akan menyumbangkan gaji sebulan untuk bantuan gempa Turki.

Demikian disampaikan Kantor Kepresidenan pada Kamis, 9 Februari 2023. Sumbangan gaji pemimpin Taiwan itu menambah bantuan yang sudah dikirimkan Taiwan.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Lai berharap dapat melakukan bagian mereka untuk membantu Turki membangun kembali tanah airnya secepat mungkin. Turki seperti kebanyakan negara tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan yang diklaim China, tetapi keduanya mempertahankan kedutaan de facto di ibu kota masing-masing dan ada penerbangan langsung antara Istanbul dan Taipei.

Tsai mengunjungi kedutaan de facto Turki di Taipei pada Kamis, 9 Februari 2023 untuk menandatangani buku belasungkawa yang menuliskan isi hatinya bersama dengan teman-teman Turki. “Taiwan mendukung Turkiye,”

Tahun lalu, Tsai dan Lai juga menyumbangkan gaji sebulan untuk membantu upaya bantuan bagi Ukraina yang dilanda perang. Tsai menghasilkan sekitar 400,00 dolar Taiwan atau USD 13.300 sebulan. Penghasilan tersebut setara dengan Rp 201,58 juta (asumsi kurs Rp 15.157 per dolar AS).

Korban tewas akibat gempa dan gempa susulan awal pekan ini melewati 15.000 pada Kamis, 8 Februari 2023 di tengah kemarahan masyarakat miskin dan frustrasi atas lambatnya kedatangan tim penyelamat.

Sebelumnya, Taiwan yang sering mengalami gempa mengumumkan bantuan bencana sebesar USD 2 juta atau sekitar Rp. 30,31 miliar dan mengirim dua tim penyelamat ke Turki untuk membantu pencarian korban selamat.

Tsai berbicara melalui panggilan video ke beberapa tim Taiwan di lapangan pada Rabu, 8 Februari 2023. “Saya ingin berterima kasih kepada semua anggota karena tidak takut akan kesulitan dan berusaha yang terbaik agar Taiwan dan Turki dapat saling membantu,” tulisnya. di halaman Facebook-nya.

Turki bergabung dengan upaya internasional dan mengirim penyelamat ke Taiwan pada 1999 setelah gempa besar menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Update Korban Gempa Turki: Lebih dari 20.000 Meninggal

Gempa Turki
Gempa Turki

Sebelumnya, lebih dari 20.000 orang kini dilaporkan tewas dalam insiden gempa di Turki, Senin (6/2).

Tak hanya Turki, jumlah korban juga termasuk di Suriah. Tim penyelamat masih mencari korban selamat dari puing-puing, namun harapan memudar, setelah hampir 100 jam sejak gempa melanda.

Kondisi dingin mengancam nyawa ribuan orang yang selamat yang kini tanpa tempat berlindung, air dan makanan.

Presiden Turki mengatakan ini adalah insiden gempa terbesar abad ini.

Upaya dan bantuan internasional terus mengalir. Pada Kamis (9/2), Bank Dunia menjanjikan bantuan sebesar US$1,78 miliar kepada Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan mendukung mereka yang terkena dampak gempa.

Namun upaya sekitar 100.000 personel penyelamat di lapangan terhambat oleh sejumlah rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana itu masih “terlihat jelas di depan mata kita”. Apalagi di Suriah, medan perang saudara berkepanjangan yang meluluhlantakkan negara itu.

Pada Kamis (9/2) bantuan kemanusiaan pertama PBB melintasi perbatasan ke Suriah barat laut melalui penyeberangan Bab al-Hawa di Idlib.

Penyeberangan adalah satu-satunya cara bantuan PBB dapat mencapai daerah tersebut tanpa melalui wilayah yang dikuasai oleh pasukan pemerintah Suriah.

Momen Kesatuan

Gempa Turki
Gempa Turki

Guterres berjanji, bantuan dalam jumlah lebih banyak sedang dalam perjalanan dan dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan pengiriman pasokan melalui lebih dari satu penyeberangan perbatasan.

“Ini adalah momen persatuan, bukan momen untuk mempolitisasi atau memecah belah tetapi yang jelas kita butuh dukungan masif,” katanya.

Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak yang melarikan diri dari Aleppo setelah gempa, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sangat membutuhkan pemanas dan lebih banyak persediaan makanan.

“Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Sangat buruk.”

Kelompok penyelamat White Helmets mengatakan, satu-satunya konvoi PBB yang mencapai wilayah itu tidak membawa peralatan khusus untuk membebaskan korban gempa Turki yang terperangkap di bawah reruntuhan.


Sumber: Liputan6

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *