Redaksi69 – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo buka suara soal ancaman resesi global khususnya di Indonesia yang kemungkinan bakal terjadi pada 2023.
Menurutnya, ketidakpastian global yang terjadi akibat perang Rusia vs Ukraina membuat harga komoditas pangan dan energi bisa meningkat di masa depan.
“Simbolnya dunia sedang tidak baik-baik saja. Kita bukan menakuti, tetapi bagaimana kita memitigasi karena sekarang semua negara sedang berperang dengan ancaman yang sama,” ujarnya saat memberikan kata sambutan di acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Tengah, Senin (31/10/2022).
Risiko Dari Resesi Di Indonesia
Dia mengatakan saat ini hampir seluruh bank sentral di berbagai negara, khususnya negara maju, telah menaikkan suku bunga acuan.
Apapun risiko yang dihadapi, lanjutnya, para pengambil kebijakan menempatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai prioritas kedua.
“Karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi jika itu diikuti dengan harga yang tinggi sehingga mengikuti daya beli,” imbuhnya.
Dody menegaskan Bank Indonesia sudah menerima mandat untuk menjaga laju inflasi. Menurutnya, Bank Indonesia akan mencoba mengendalikan inflasi tergantung source atau akar permasalahan yang ada di lapangan.
Dia menuturkan strategi pengendalian inflasi di Indonesia bukan semata-mata dengan menaikkan suku bunga. Pasalnya, kata dia, ada berbagai faktor yang mendorong laju inflasi, contohnya pasokan dan distribusi masing-masing komoditas.
“Kalau masalahnya harga cabai naik karena terganggu hilang pasokannya, Masalah ikan yang berkurang. Kalau secara nasional itu menjadi permasalahan pangan, apakah tepat jika suku bunga kita naikkan? Apakah kalau suku bunga kita naikkan pasokan bertambah? Apakah tidak membuat beban ke perekonomian menjadi berlebih?” ucapnya.
Kata Mantan Wapres Soal Terancam RI Akan Resesi
Sebelumnya, Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menegur Menteri Keuangan Sri Mulyani agar tidak menakut-nakuti masyarakat atas situasi ekonomi tahun depan.
“Saya bilang ke SMI [Sri Mulyani] jangan kasih takut orang, tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan gitu. Jangan kasih takut,” ujar JK dalam acara makan malam spesial HUT Kalla Group di Grand Indonesia Kempinski Ballroom, Jumat (28/10/2022).
Dia mengatakan Indonesia merupakan negara yang luas. Dengan demikian, dia menilai krisis yang terjadi mungkin tidak akan dirasakan oleh semuanya.
JK juga mengingatkan Indonesia harus menghadapi semua persoalan yang muncul, tak terkecuali krisis ekonomi, krisis pangan, bahkan krisis energi.
“Mau ada masalah kita hadapi, tapi kita jangan takut. Negeri ini lengkap. Tidak ada krisis ini, dimana krisis energi? Di mana pangan? beras cukup,” ucapnya.
Sumber Berita: Bisnis.com
Dampak Resesi 2022 Di Indonesia
Budi menjelaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Dia melihatnya dengan indikator “Home Alone” yang terinspirasi dari film.
Home maksudnya apakah dalam krisis ini Indonesia terdampak dari segi domestik/internal. Sementara Alone mempertanyakan apakah Indonesia terkena dampaknya sendiri atau dengan negara lain.
Pada krisis atau resesi 1998, terjadi krisis moneter di Indonesia sehingga Rupiah melemah sangat dalam. Krisis terjadi di Home, dan ekonomi Indonesia yang terdampak.
Berbeda dengan krisis 2008 yang datangnya dari luar, saat itu terjadi karena kejatuhan Lehman Brothers hingga aset-aset keuangan pun nilainya anjlok. “2008 Crisis is not in home and we are not alone.”
Adapun krisis 2020 terjadi karena pandemi secara global, sehingga Indonesia pun tidak sendiri. Meski belum punya teknologi vaksin, Indonesia punya jurus 1000 teman terlalu sedikit dan satu musuh terlalu banyak.
Makanya, Indonesia mendapatkan vaksin dari AS dan Tiongkok. Ekonomi juga bertahan karena pemerintah tetap menggenjot infrastruktur.
Saat ini, ekonomi Indonesia juga masih terbilang kuat, dengan inflasi yang masih terjaga, dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih di kisaran 5,1%. Walaupun dolar AS menguat secara global, Rupiah terbilang masih bertahan dengan depresiasi hanya sekitar 8,48% secara YTD hingga 20 Oktober.
Depresiasi Rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang China yang melemah 12%, Jepang yang mencapai 23,2% dan Korea Selatan yang mencapai 17%. Sementara Euro pun terdepresiasi 13,9% dan poundsterling di Inggris juga melemah 16,8% secara YTD hingga 20 Oktober tahun ini.
Hai, ini merupakan sebuah komentar.
Untuk mulai memoderasi, mengedit, dan menghapus komentar, silakan kunjungi layar Komentar di dasbor.
Avatar komentator diambil dari Gravatar.